Bersyukur

Di sebuah desa hiduplah seekor babi yang terlihat sangat senang. Si babi selalu terlihat senang dan tidak pernah mengeluh dengan keadaanya. Sedang asyik-asyiknya makan, Si babi mendengar suara Si Sapi tetangganya. “Dasar manusia! Rakus! Tidak memiliki hati!”, begitulah Si Sapi marah-marah sendiri.

Kemudian Si Babi mendekati Si Sapi. “Hei Sobat! Kenapa kamu marah-marah?”, tanya Si Babi. “Manusia jahat! Tidak memiliki hati nurani.”, balas Si Sapi.

“Lho…koq kamu berkata gitu sobat?”, Si Babi mengernyitkan dahi. “Bukannya manusia itu sangat baik pada kita? Mereka kan telah memelihara kita”, lanjut Si Babi.
“Baik katamu? Mereka itu sangat jahat dan tega membunuh kita demi kebahagiaan mereka. Kemarin saja, anak saya dibunuh demi merayakan ulang tahun anak majikan saya. Jahat sekali!”, balas Si Sapi.
“”hahahahahaha…”, Tawa Si Babi. “Kenapa kamu tertawa Babi? Kamu senang karena anakku telah dibunuh?”, balas Si Sapi dengan marah. “Sobat…sobat…saya tidak menertawakan anakmu yang dibunuh itu. Saya tertawa karena kamu tidak mengerti apa artinya berkorban.” Jelas Si Babi. “Maksudnya?”, tanya Si Sapi.
“Begini sobat, kita kan telah dipelihara oleh manusia dengan sepenuh hati. Manusia telah banyak berkorban dengan sangat besar demi kehidupan kita. Lalu apa yang harus kita lakukan demi membalas jasa mereka? Yah, kita perlu mengorbankan diri demi membahagiakan mereka.”, Jelas Si Babi dengan wajah yang serius.
Si Sapi hanya mengangguk-angguk mendengar penjelasan Si Babi. Si Sapi akhirnya mengerti bahwa pengorbanan anaknya merupakan bukti cinta terhadap Sang Majikan.

Ditulis oleh: Effisien Dakhi