Suatu hari seekor anak monyet terlihat sangat sedih. Melihat anaknya yang sedih, Ibunya bertanya, “Din, Udin, kamu kenapa? Koq terlihat sangat sedih begitu?” Udin hanya diam dan tidak melihat ke arah ibunya. “Din, ada apa? Ceritakan sama ibu, siapa tahu ibu bisa bantu.” lanjut ibunya sambil mengelus-elus kepala Udin.
Kemudian Udin melihat ke arah ibunya dengan mata berkaca-kaca. “huk…huk…hikz…hikz…sa…ya…ma..lu..” ujar Udin sambil terisak. “Malu Kenapa nak?”, balas ibunya. “Saya diejek…”, lanjut Udin. “Diejek bagaimana? Siapa yang ejek?”, desak ibunya. Udin tambah menangis. “Din, udah, berhenti menangis. Ceritakan pada ibu apa yang sebenarnya terjadi?” tegas ibunya. “Bu, saya malu karena sering diejek temanku”, balas Udin dengan berusaha tidak menangis. Kemudian dia menundukkan kepala dan berkata, “Saya memiliki bulu yang banyak, teman-temanku tidak.” “hmmmmm…..”, Sang ibu memeluk Udin sambil sambil mengelus-elus kepala anaknya itu. Sang ibu memeluk Udin dengan penuh kasih sayang, sehingga Udin merasa lebih nyaman dan bahagia.
“Anakku, kamu jangan malu dengan badanmu sendiri. Kita memang diciptakan Tuhan sebagai makhluk yang berbulu. Tuhan itu Maha Adil, setiap makhluk hidup diciptakan dengan kelebihannya masing-masing.”, Sang Ibu mulai menjelaskan. Udin tampak sangat serius dalam mendengarkan penjelasan Ibunya.
“Walaupun kita memiliki bulu yang banyak, kita memiliki kelebihan yang banyak, yaitu bisa melompat, bisa memanjat, gigi kita kuat, dan kita diberi kemampuan untuk berpikir.”, lanjut Sang Ibu. Udin mendengarkan dengan sangat serius. Sepanjang ibunya menjelaskan, Udin terus mengangguk-anggukkan kepalanya. “Nah..kalau ada temanmu yang mengejekmu sebagai hewan berbulu, kamu jawab: iya, saya memang berbulu, tapi apakah kamu bisa melompat, bisa membuka buah kelapa tanpa alat, dan bisa berpikir seperti kami?”, Ibunya menguatkan Udin. Sekarang Udin sudah tampak lebih percaya diri.
Ditulis oleh: Effisien Dakhi